HEURISTIK
DAN HERMENEUTIK DALAM APRESIASI PROSA
Oleh:
Agung S. Ishak
1. Pengertian
a.
Heuristik
Heuristik
merupakan langkah untuk menemukan makna melalui penkajian struktur bahasa dengan
mengintrepetasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik.
Langkah
ini berasumsi bahwa bahasa bersifat referensial, artinya bahasa harus
dihubungkan dengan hal-hal nyata.
Menurut
Riffaterre (dalam Wellek dan Warren, 1989: 148) analisis secara heuristik adalah
analisis pemberian makna berdasarkan struktur bahasa secara konvensional,
artinya bahasa dianalisis dalam pengertian yang sesungguhnya dari maksud
bahasa. Kerja heuristik menghasilkan pemahaman makna secara harfiah, makna tersurat,
actual meaning (Nurgiyantoro, 2007: 33).
Heuristik,
merupakan langkah melakukan interpretasi secara referensial melalui tanda-tanda
linguistik. Dalam hal ini pembaca diharapkan mampu memberi arti terhadap
bentuk-bentuk linguistik yang mungkin saja tidak gramatikal (ungramaticalities).
Pembaca berasumsi bahwa bahasa itu bersifat referensial, dalam arti bahasa
harus dihubungkan dengan hal-hal yang nyata. Realisasi dari pembacaan heuristik
dapat berupa sinopsis, pengucapan teknik cerita, gaya bahasa yang digunakan
atau pesan yang dikemukakan.
b.
Hermeneutik
Pembacaan
hermeneutik atau retroaktif merupakan kelanjutan dari pembacaan heuristik untuk
mencari makna (meaning of meaning atau significance). Metode ini
merupakan cara kerja yang dilakukan pembaca dengan bekerja secara terus menerus
lewat pembacaan teks sastra secara bolak-balik dari awal sampai akhir
(Riffattere dalam Sangidu, 2004: 19).
Salah
satu tugas hermeneutik adalah menghidupkan dan merekontruksi sebuah teks dalam
jaringan interaksi antara pembicara, pendengar, dan kondisi batin serta sosial
yang melingkupinya agar sebuah pernyataan tidak mengalami alienasi dan
menyesatkan pembacanya (Faiz, 2002: 103).
Palmer
(2003: 14-16) menyebutkan bahwa akar kata hermeneutika berasal dari istilah
Yunani dari kata kerja hermeneuein, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia,
“interpretasi”. Terdapat tiga bentuk makna hermeneutika apabila mengambil
bentuk verb dari hermeneuein, yaitu: (1) mengungkapkan kata-kata,
misalnya “to say”; (2) menjelaskan, seperti menjelaskan sebuah
situasi; (3) menerjemahkan, seperti di dalam transliterasi bahasa asing.
Ketiga makna itu bisa diwakilkan dengan bentuk kata kerja bahasa Inggris “to
interpret”. Dengan demikian interpretasi dapat mengacu kepada tiga
persoalan yang berbeda: pengucapan lisan, penjelasan yang masuk akal, dan
transliterasi dari bahasa lain. Sastra merepresentasikan sesuatu yang harus
“dipahami”.
Tugas
interpretasi harus membuat sesuatu yang kabur jauh, dan gelap maknanya menjadi
sesuatu yang jelas, dekat, dan dapat dipahami. Definisi di atas juga sama
dengan yang diungkapkan oleh Teeuw (1984:123), yaitu bahwa hermeneutika adalah
ilmu atau keahlian menginterpretasi karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti
yang lebih luas maksudnya.
Pengertian
lain disampaikan oleh Riffaterre (dalam Sangidu, 2004: 14) yang memaparkan
bahwa pembacaan hermeneutik atau retroaktif merupakan kelanjutan dari pembacaan
heuristik untuk mencari makna (meaning of meaning atau sifnificance).
Hermeneutik merupakan
pembacaan bolak-balik melalui teks dari awal hingga akhir. Tahap pembacaan ini
merupakan interpretasi tahap kedua yang bersifat retroaktif yang melibatkan
banyak kode di luar bahasa dan menggabungkannya secara integratif sampai
pembaca dapat membongkar secara struktural guna mengungkapkan makna (singificance)
dalam sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan teks sebagai sistem tanda.
2. Langkah-langkah
Penerapan
a.
Heuristik
Langkah-langkah
penerapan Heuristik adalah dengan mengkaji makna melalui teks atau bahasa
secara harfiah dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata.
Dalam
menerapkan Heuristik tidak menghiraukan kelengkapan atau kesempurnaan teks atau
kondisi gramatikal. Sehingga apresiator dapat menambah ataupun mengurangi
bentuk gramatikal yang ada guna menemukan makna yang terkandung dalam teks
karya sastra itu sendiri.
b.
Hermeneutik
Langkah-langkah
penerapan Hermeneutik adalah dengan mengkaji makna melalui pembacaan yang
berulang-ulang dengan meramalkan makna yang terkandung secara tersirat pada
karya sastra itu sendiri dengan menggunakan segenap pengetahuan yang dimiliki
Dalam
menerapkan Hermeneutik memperhatikan segala bentuk kode yang ada diluar kode
bahasa guna menemukan makna yang terkandung dalam karya sastra tersebut.
3. Contoh Penerapan
a.
Heuristik
Contoh
penerapan heuristik sebagai berikut: Ia menggeliat, merayap ke luar
kegelapan. Ia menggeliat merayap ke luar dari tiga kitab, saat kalam pertama
dibentangkan …(halaman 48). Penerapan heuristik terdapat pada kata menggeliat,
kata menggeliat biasanya dipergunakan untuk menyebutkan kegiatan manusia
setelah bangun tidur.
Contoh
penerapan heuristik yang lain adalah.
…Kok rasanya aku ini masih kurang cukup nrimo. Ya inilah tekanan batin yang tak mampu aku
keluhkan pada siapa pun kecuali pada diriku sendiri dan Tuhanku (Kutahu
Matiku, 2004: 362). Analisis heuristik pada kata nrimo merupakan
kata sifat yang berasal dari bahasa Jawa, dalam bahasa Indonesia mempunyai arti
menerima keadaan apa adanya.
b.
Hermeneutik
Sedangkan
jika dikaji dengan langkah Hermeneutik
akan terlihan pada contoh penerapan Hermeneutik
sebagai berikut: Ia menggeliat, merayap ke luar kegelapan. Ia menggeliat merayap
ke luar dari tiga kitab, saat kalam pertama dibentangkan …(halaman 48).
Penerapan Hermeneutik terdapat pada kata menggeliat,
pembacaan untuk memaknai bukan secara linguistik. Langkah hermenutik dilakukan
untuk memaknai kata menggeliat yang
dipergunakan untuk kegiatan selain manusia, yaitu ular.
Contoh
penerapan Hermeneutik yang lain
adalah. …Kok rasanya aku ini masih kurang
cukup nrimo. Ya inilah tekanan batin yang tak mampu aku keluhkan pada siapa pun
kecuali pada diriku sendiri dan Tuhanku (Kutahu Matiku, 2004: 362). Analisis Hermeneutik pada kata nrimo dianalisis secara hermeneutik
dengan cara pemberian makna berdasarkan tinjauan aspek yang dikaji, yaitu kata nrimo
dihubungan dengan sikap hidup manusia terhadap Allah dalam menerima
kenyataan hidup. Manusia yang percaya kepada Allah harus dapat menerima
kenyataan bahwa kenyataan hidup susah atau sedih yang ditemui dalam kenyataan
merupakan cobaan dari Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tulislah komentas sesuai artikel yang anda baca!!!